
JAKARTA (TRENews). Dalam upaya mempercepat terwujudnya swasembada pangan nasional, puluhan ribu penyuluh pertanian dari seluruh Indonesia mengikrarkan komitmen bersama. Sebanyak 5.000 penyuluh hadir langsung di Lapangan Kantor Pusat Kementerian Pertanian, Jakarta, sementara 32.000 lainnya mengikuti secara daring. Komitmen ini diharapkan memperkuat peran dan sinergi para penyuluh di lapangan untuk mendukung ketahanan pangan nasional.
Penyuluh pertanian di seluruh Indonesia menyatakan kesiapan mereka untuk mendukung swasembada pangan berkelanjutan. Mereka berkomitmen mempercepat perluasan tambah tanam (LTT), mengawal dan mendampingi program Brigade Pangan, mengoptimalkan penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan), serta memastikan serapan gabah berjalan maksimal.
Penyuluh Pertanian Kini dibawah Kementan
Sesuai dengan Instruksi Presiden (Inpres) No. 3 Tahun 2025, penyuluh pertanian yang sebelumnya berada di bawah naungan pemerintah kabupaten/kota dan provinsi, kini resmi dialihkan ke pemerintah pusat di bawah koordinasi Kementerian Pertanian. Langkah ini diharapkan memperkuat peran penyuluh dalam mendukung program nasional, khususnya swasembada pangan berkelanjutan.
Rizky Hasim, penyuluh pertanian dari Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, menyatakan bahwa penyuluh siap menjadi mulut, mata, dan telinga Kementan dalam mengawal program strategis pertanian. Selain itu, penyuluh juga berkomitmen memberikan pendampingan optimal kepada petani di lapangan.
“Kami, para penyuluh, siap mendukung swasembada pangan dengan menyampaikan kebijakan pemerintah, terutama program percepatan serapan gabah,” ujarnya, Sabtu (26/4/2025).
Rizky optimistis Indonesia bisa swasembada pangan berkat dukungan pemerintah, seperti kemudahan pupuk subsidi, bantuan sarana produksi, dan kenaikan harga gabah. Ia menyebut petani NTB bersyukur karena harga pembelian pemerintah naik jadi Rp6.500 per kilogram, dari sebelumnya Rp4.000–Rp4.500 per kilogram.
“Alhamdulillah, terima kasih kepada Pak Presiden Prabowo dan Menteri Amran atas keputusan menetapkan harga minimal gabah. Petani jadi lebih semangat menanam di musim tanam berikutnya, dan kami penyuluh pertanian juga semakin bersemangat membimbing petani agar produksi yang sebelumnya 5,5–6 ton per hektare bisa terus meningkat,” ungkapnya.
Selain itu, Evi Yulianti, penyuluh dari Lampung Selatan menyatakan komitmen penyuluh untuk memperkuat sektor pertanian di daerah melalui kolaborasi dan sinergi dengan berbagai pihak.
“Kami penyuluh memperkuat koordinasi antara petani, gapoktan, aparat desa, hingga pemerintah daerah. Dengan dorongan harga dan ketersediaan pupuk, petani kini semangat mempercepat tanam setelah panen. Kami optimistis swasembada pangan bisa tercapai,” jelasnya.
Mentan apresiasi kinerja Penyuluh Pertanian Lapangan
Dalam kesempatan itu, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengapresiasi kinerja penyuluh pertanian lapangan (PPL) dan meminta mereka terus bekerja maksimal untuk mendukung swasembada pangan.
“Alhamdulillah sekarang hilal sudah ada, insyaallah Indonesia swasembada dalam waktu cepat. Saudaraku, sahabatku, tanpa PPL tidak mungkin kita mencapai lompatan seperti yang terjadi hari ini. Ke depan kami ingin lakukan lompatan lagi, LTT harus naik, dan itu bisa dicapai atas kontribusi kita bersama,” terang Mentan Amran.
“Alhamdulillah, hilal swasembada sudah tampak. Insyaallah, Indonesia segera swasembada. Tanpa PPL, lompatan seperti hari ini tidak mungkin tercapai. Ke depan, kita ingin membuat lompatan lebih besar dengan meningkatkan LTT, lewat kontribusi kita bersama,” pungkas Mentan Amran. S.Widayadi.
